|
Kata Kerja Operasional untuk pengembangan Indikator Silabus
dan RPP berdasarkan taksonomi Bloom dibagi dalam beberapa pencapaian
kompetensi dasar, KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan,
potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.
Taksonomi
Bloom pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal
ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan
setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci
berdasarkan hirarkinya.
Tujuan
pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
Cognitive Domain
(Ranah Kognitif),
yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Affective Domain
(Ranah Afektif)
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti
minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Psychomotor Domain
(Ranah Psikomotor)
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti
tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dalam
mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
Tuntutan
kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam
Kompetensi Dasar;
Karakteristik
mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
Potensi
dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Kata
Kerja Operasional Dengan Tiga Ranah Yang Biasa Dipergunakan Untuk Menyusun Indikator.
Ranah
Kognitif
Indikator
kognitif proses
merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan
serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini
sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk
mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator
kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh
untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk
disusun dengan menggunakan kata kerja operasional (terlampir) aspek kognitif.
Obyek dari indicator adalah produk IPA misalnya konsep, hukum, kaidah dll.
Tipe
Hasil Belajar Pengetahuan (C1)
Istilah
pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam
taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab
dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan
hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal
dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota dll. Dilihat dari segi
proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar
dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep
lainnya. Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan
seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan
yang bermakna. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah
yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe
hasil belajar berikutnya. Hafalan menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini
berlaku bagi semua bidang ilmu, baik matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial,
maupun bahasa. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana
menggunakan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan membuat kalimat
(Dharma, 2008).
Ada
beberapa cara untuk mengingat dan menyimpan dalam ingatan yaitu teknik memo,
jembatan keledai, mengurutkan kemudia, dan membuat singkatan yang bermakna.
Untuk menyusun item tes pengetahuan hafalan yaitu tipe melengkapi, tipe isian,
dan tipe benar salah. Karena lebih mudah menyusunnya, orang banyak memilih tipe
benar salah (Sudjana, 2005:24).
Mengetahui
merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar
“mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya
selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai
suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses
kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat (Widodo, 2006). Kata
operasional mengetahui yaitu Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar,
Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan, Memberi label, Memberi
indeks, Memasangkan, Menamai, Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru,
Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari,
Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri, Menulis.
Manfaat
pertanyaan ingatan yaitu:
Kategori
ingatan/pengetahuan masih diperlukan oleh tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Kita tidak bisa menyuruh siswa untuk memikirkan jenjang yang lebih tinggi jika
siswa kurang informasi dasar
Masyarakat
juga masih menghendaki banyak hal yang harus diingat
Pertanyaan
ingatan masih bisa melibatkan siswa lebih dari sekedar mengingat fakta, jika
siswa diminta mengingat konsep-konsep yang luas, generalisasi yang didiskusikan
sebelumnya, definisi-definisi , metode-metode pendekatan pemecahan masalah dan
kriteria evaluasi.
Kelemahan
pertanyaan ingatan yaitu:
Guru
cenderung terlalu banyak menanyakan fakta dibanding dengan pertanyaan tingkat
tinggi lainnya.
Ingatan
fakta-fakta yang dibangun dengan pertanyaan faktual mudah dan cepat dilupakan
siswa
Pertanyaan
ingatan biasanya hanya mengukur pengertian-pengertian yang dangkal
Ingatan
fakta-fakta saja sering belum berarti mengerti.
Tipe
Hasil Belajar Pemahaman (C2)
Tipe hasil
balajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan
susunan kelimat dengan bahasa sendiri, memberi contoh lain dari yang telah
dicontohkan, menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi
Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan.
Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk
dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Pemahaman dapat
dibedakan ke dalam tiga kategori.Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan,
mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris
ke dalam bahasa Indonesia, pemahaman mengartikan Bhineka Tunggal Ika,
mengartikan merah putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang
saklar dll yang sejenis. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang
pokok dengan yang bukan pokok, menghubungkan pengetahuan tentang konjungsi kata
kerja, subjek, dan possesive sehingga tahu menyusun kalimat (Dharma,
2008).
Pemahaman
tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan
ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat
membuat ramalan tentang konsekuensi dari suatu kejadian, dapat memperluas
presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya (Dharma, 2008).
Meskipun
pemahaman dapat dipilahkan menjadi tiga tingkatan di atas, perlu disadari bahwa
menarik garis yang tegas antara ketiganya tidaklah mudah. Penyusun tes dapat
membedakan soal yang susunannya termasuk subkategori tersebut, tetapi tidak
perlu berlarut-larut mempersalahkan ketiga perbedaan itu. Sejauh dengan mudah
dapat dibedakan antara pemahaman terjemahan, pemanfsiran, dan ekstrapolasi, bedakanlah
untuk kepentingan penyususunan soal tes hasil belajar (Dharma, 2008).
Karakteristik
soal-soal pemahaman sangat mudah dikenali, tetapi membuat item pemahaman
tidaklah mudah. Item pemahaman dapat disajikan dalam gambar, denah, diagram,
dan grafik. Dalam tes objektis, tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak
mengungkapkan aspek pemahaman (Sudjana, 2005:25).
Pertanyaan
pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian
yang memadai untk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah
diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab
pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat kembali informasi, namun
harus menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya (Widodo, 2006).
Kata operasional memahami yaitu Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan,
Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung,
Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan,
Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan,
Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan.
C.
Tipe Hasil Belajar Aplikasi (C3)
Aplikasi
adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus.
Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, rumus, hukum, prinsip,
generalisasi dan pedoman atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam
situasi baru disebut aplikasi. Aplikasi yang berulangkali dilakukan pada
situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu
situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila terjadi proses pemecahan
masalah. Situasi bersifat lokal dan mungkin pula subjektif sehingga tidak
mustahil bahwa sesuatu itu baru bagi banyak orang, tetapi sesuatu yang
sudah dikenal bagi beberapa orang tertentu. Mengetengahkan problem baru
hendaknya lebih didasarkan atas realitas yang ada di masyarakat atau realitas
yang ada di dalam kehidupan siswa sehari-hari (Dharma, 2008).
Aplikasi
adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi
berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi
baru disebut aplikasi. Menurut Bloom dalam Sudjana (2005:26) terdapat delapan
tipe aplikasi dalam rangka menyusun item tes tentang aplikasi yaitu:
Menetapkan
prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi yang baru dihadapi
Menyusun
kembali masalah sehingga dapat menerapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai
Memberikan
spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi
Mengenali
hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip generalisasi
Menjelaskan
suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
Meramalkan
sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
Menentukan
tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan
menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan.
Menjelaskan
alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi.
Pertanyaan
penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau
mengerjakan tugas. Oleh karena itu, mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai
untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses
kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan (Widodo, 2006). Kata
oprasionalnya yaitu Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan,
Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun ,
Membiasakan, Mencegah, Menentukan, Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih,
Menggali, Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan,
Mempersoalkan, Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses,
Mengaitkan, Menyusun, Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi,
Memproses, Meramalkan. (Rustaman,2003:42)
D.
Tipe Hasil Belajar Analisis (C4)
Analisis
adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian
sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Analisis merupakan suatu kecakapan
yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe hasil belajar
sebelumnya. Dengan kemampuan analisis diharapkan siswa mempunyai pemahaman yang
komprehensif tentang sesuatu dan dapat memilah atau memecahnya menjadi
bagian-bagian yang terpadu baik dalam hal prosesnya, cara bekerjanya, maupun dalam
hal sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dikuasai siswa maka siswa
akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif (Dharma, 2008).
Analisis
adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian
sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Analisis meruapakn kecakapan yang
kompleks yang memanfaatkan kecakapan dari tipe pengetahuan, pemahaman, dan
aplikasi. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka
ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif (Sudjana,
2005:27).
Menurut
Sudjana (2005:27), untuk membuat item tes kecakapan analisis memerlukan
pengenalan berbagai kecakapan yang termasuk klsifikasi analisis yaitu:
Dapat
mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pertanyaan-pertanyaan dengan
menggunakan kriteria analitik tertentu.
Dapat
meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas
Dapat
meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada
berdasarkan kriteria dan hubungan materinya
Dapat
mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria
seperti relevansi, sebab-akibat, dan peruntutan
Dapat
mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang
dihadapinya
Dapat
meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan materi yang dihadapinya.
Pertanyaan
analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsur-unsurnya dan
menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut (Widodo,
2006). Kata oprasionalnya yaitu Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan,
Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Menominasikan,
Mendiagramkan, Megkorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah,
Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan,
Mengedit, Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer.(Rustaman,
2003:43)
E. Tipe Hasil Belajar Sintesis (C5)
Penyatuan
unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis.
Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi,
dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu
tingkat lebih rendah daipada berpikir devergen. Dalam berpikir konvergen,
pemecahan masalah atau jawabannya akan mudah diketahui berdasarkan yang sudah
dikenalnya. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen
pemecahan masalah atau jawabannya belum dapat dipastikan (Dharma, 2008).
Mensintesiskan
unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya kedalam satu kelompok
besar. Kalau analisis memecah integritas menjadi bagian-bagian, sebaliknya
sintesis adalah menyatukan unsur-unsur menjadi suatu integritas yang mempunyai
arti. Berpikir sintesis merupakan sarana untuk dapat mengembangkan berpikir
kreatif. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu.
Kreatifitas juga beroperasi dengan cara berpikir divergen. Dengan kemampuan
sintesis, siswa dimungkinkan untuk menemukan hubungan kausal, urutan tertentu,
astraksi dari suatu fenomena (Dharma, 2008).
Pertanyaan
sintesis adalah pertanyaan tingkat tinggi yang meminta siswa menampilkan
pikiran yang original dan kreatif. Pertanyaan jenis ini menghendaki siswa
menghasilkan komunikasi-komunikasi yang asli, membuat ramalan, dan memecahkan
masalah-masalah (Abimanyu dan Pah, 1985:26).
Berpikir
sintesis adalahberpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau
jawabannya belum dapat dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama
dengan mengumpulkannya ke dalam satu kelompok besar. Mengartikan analisis
sebagai memecah integritas menjadi bagian-bagian dan sintesis sebagai
menyatukan unsur-unsur menjadi integritas perlu secara hati-hati dan penuh
telaah. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang
lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai
dalam pendidikan. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan
sesuatu. Kreativitas juga beroperasi dengan cara divergen (Sudjana, 2005:28).
Menurut
Sudjana (2005:28), kecakapan sintesis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
tipe yaitu:
Kemampuan
menemukan hubungan yang unik. Artinya menemukan hubungan antara unit-unit yang
tak berarti dengan menambahkan satu unsur tertentu dan unit-unit tak berharga
menjadi sangat berharga. Contohnya kemampuan mengomunikasikan gagasan,
perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah, dan yang
lainnya.
Kemampuan
menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem
yang diketengahkan.
Kemampuan
mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data, hasil observasi menjadi terarah,
proporsional, hipotesis, skema, dan model.
Mengevaluasi
membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua
macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini adalah memeriksa dan
mengkritik. Kata operasionalnya yaitu Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi,
Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang,
Membangun, Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan,
Mengoreksi, Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas,
Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan,
Memadukan, Membatas, Mereparasi, Menampilkan, Menyiapkan Memproduksi,
Merangkum, Merekonstruksi. (Rustaman, 2003:44)
F.
Tipe Hasil Belajar Evaluasi (C6)
Evaluasi
adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari
tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi, dll. Oleh karena itu
maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau stándar tertentu. Dalam
tes esai, stándar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frase ”menurut
pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu”. Frase yang pertama sukar diuji
mutunya, setidak-tidaknya sukar diperbandingkan sebab variasi kriterianya
sangat luas. Frase yang kedua lebih jelas standarnya. Untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam evaluasi, maka soal-soal yang dibuat harus menyebutkan
kriterianya secara eksplisit. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kemampuan evaluasi memerlukan
kemampuan dalam pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. Artinya tipe hasil
belajar evaluasi mensaratkan dikuasainya tipe hasil belajar sebelumnya (Dharma,
2008) Menurut Sudjana (2005:29), kecakapan evaluasi seseorang dapat
dikategorikan ke dalam enam tipe yaitu:
Dapat
memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen
Dapat
memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan,
juga keajegan logika dan organisasinya. Dengan kecakapan ini diharapkan
seseorang mampu mengenal bagian-bagian serta keterpaduannya.
Dapat
memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil suatu
keputusan
Dapat
mengevaluasi suatu karya dengan memperbandingkannya dengan karya lain yang
relevan
Dapat
mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan
Dapat
memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria
yang eksplisit.
Kata kerja
operasional pada jenjang kemampuan evaluasi yaitu Membandingkan, Menyimpulkan,
Menilai, Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan,
Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci,
Mengukur, Merangkum, Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih,
Memproyeksikan (Rustaman, Y. N., Soendjojo, D., Suroso, A. Y., Yusnani, A.,
Ruchji, S., Diana, R. & Mimin, N. K. 2003:45).
Ranah
Afektif
Indikator afektif
merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian
kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, indicator afektif berkaitan
dengan salah satu hakekat IPA yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indicator
afektif disusun dengan menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap
ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab
dll. Selain itu, indicator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan social
misalnya: bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang
baik, berkomunikasi dll.
Ranah Afektif, memiliki lima aspek anatara lain
yaitu : penerimaan, memberi respon, penilaian, pengorganisasian, dan
karakteristik.
Penerimaan
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator adalah: bertanya, menggambarkan, mengikuti, memberi,
menyelenggarakan, mengidentifikasi, menempatkan, menanamkan, memilih,
menggunakan.
Memberi Respon
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator adalah: menjawab, menaati, menyetujui, membantu,
menceritakan, melaksanakan, mempersembahkan, menuliskan, menunjukkan.
Penilaian
Kata
kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: menggambarkan,
menerangkan, mengikuti, mengajak, bergabung, memohon, melapor, bekerja.
Pengorganisasian
Kata
kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator RPP adalah: mematuhi,
mengatur, menggabungkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, menggembangkan.
Karakteristik,
Kata
kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: mengorganisasi,
menyintesiskan, mempergunakan, mendengarkan, melaksanakan, mempraktekan,
memohon, menanyakan, merevisi, memecahkan masalah, menelaah kembali kebenaran
sesuatu.
C.
Ranah Psikomotor
Indikator
psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah
siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Selama proses pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan
percobaan, penemuan atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas
fisik, misalnya merangkai, mengukur, membuat, dll.
Ranah
Psikomotor, memiliki
lima aspek yaitu: peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan
pengalamiahan.
Peniruan,
Kata
kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: merakit,
membersihkan, mengubah, membetulkan, mengencangkan, mengikuti, memegang,
memanipulasi, menempatkan, memukul.
Manipulasi
Kata
kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: merakit,
membangun, melapisi, mengebor, menguatkan, menggurinda, memalu, memperbaiki,
mengampelas, menggergaji.
Ketetapan
Kata
kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: sama dengan
manipulasi, tetapi dengan kontrol yang lebih dari kesalahan lebih sedikit.
Artikulasi,
Kata
kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: memeriksa skala,
mengalami, mengidentifikasi, menempatlan, memanipulasi, menjahit, menajamkan, membungkus,
menulis.
Pengalamiahan
Kata
kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator RPP adalah: merakit,
mendemonstrasikan, menampilkan, menjalankan, membangun, mengarang.
Bermanfaat buat pelajaran
BalasHapusIndikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. kata kerja imperatif Dalam pembelajaran IPA, indicator afektif berkaitan dengan salah satu hakekat IPA yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indicator afektif disusun dengan menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab dll. Selain itu, indicator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan social misalnya: bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, kata kerja mental berkomunikasi dll.
BalasHapus